|
Cat's Eye, novel yang ditulis Margaret Atwood |
This is what I miss, Cordelia: not something
that’s gone, but something that will
never happen. Two old women giggling over their tea.
Elaine sadar
bahwa ia merindukan Cordelia, teman masa kecilnya. Bahwa dengan Coordelia-lah
seharusnya ia menjalin persahabatan hingga tua. Tapi Cordelia menghilang. Dan sebuah
penyesalan merayap pelan dalam sanubarinya. Seandainya dulu ia menolong
Cordelia, barangkali hingga di usia senjanya kini, keduanya masih berteman.
Kembali ke
Toronto, Elaine seakan dipaksa untuk kembali mengingat semua kenangan masa kecilnya
di kota itu. Tentang rumah orang tuanya di sisi jalan berlumpur, tentang bukit
dan jembatan tempat ia sering bermain, dan tentang teman-temannya: Cordelia,
Carol, dan Grace.
Memiliki orang
tua seorang peneliti biologi membuat Elaine tak memiliki teman. Orang tuanya
tidak memiliki tempat tinggal tetap. Bersama kakanya Stephen, mereka hidup
berpindah dari hotel ke hotel, dari hutan ke hutan. Mengamati ulat, katak, dan
segala hewan yang menarik perhatian ayahnya.
Ketika akhirnya
ia memasuki usia sekolah dan orang tuanya memutuskan membeli rumah sederhana di
Toronto, Elaine sangat senang. Satu hal yang telah lama diimpikannya sepertinya
akan segera terwujud: teman perempuan. Ia sudah bosan bermain dengan Stephen,
kakaknya satu-satunya. Impian Elaine terwujud saat ia akhirnya bertemu Cordelia,
Carol, dan Grace. Ia menyayangi ketiganya. Mereka bermain bersama dan saling
berkunjung ke rumah masing-masing. Dan Elaine akan rela melakukan apa pun demi
mereka, karena mereka adalah teman-temannya.
Saat mengetahui
bahwa Elaine dan keluarganya tak pernah berkunjung ke gereja, keluarga Smeath
(Carol Smeath) berinisiatif mengajaknya untuk ke gereja bersama. Orang tua
Elaine yang atheis karena menganggap agama hanya memecah-belah persaudaraan
sesama manusia, tidak keberatan. Dan akhirnya, setiap Minggu Elaine rutin ke
gereja bersama keluarga Smeath.
Persahabatan
Elaine dan teman-temannya mulai terasa aneh ketika Cordelia muncul. Cordelia
menjelma sebagai ketua geng yang kerap menyuruh Elaine melakukan hal-hal aneh.
Cordelia menggali lubang dan meminta Elaine masuk ke dalam lubang tersebut lalu
meninggalkannya. Elaine sering menyalahkan Elaine atas hal yang tak ia pahami. Caranya
berjalan, caranya bersikap, caranya berbicara, dan semuanya. Singkat kata,
Elaine sangat buruk di mata teman-temnnya. Elaine tak protes, sebab ia menganggap
bahwa mereka adalah teman terbaik yang ia punya. Lagipula, teman-temannya tak
pernah mempermalukan dirinya di depan orang lain. Segala tentang itu hanya
diketahui anggota geng.
Suatu hari, saat
berkunjung ke rumah Carol, Elaine mendengar percakapan Mrs Smeath di dapur
mereka. Elaine sadar, bahwa semua perlakukan buruk yang dilakukan
teman-temannya terhadapnya adalah sepengetahuan keluarga Smeath yang taat dan
rajin ke gereja. Semuanya terjadi atas perintah Mrs Smeath yang menurut ia,
sebagai hukuman dari Tuhan karena keluarga Elaine tidak pernah ke gereja. Peristiwa
itu membuat Elaine membenci Mrs Smeath.
Ia menyadari
bahwa ketiga temannya bukan teman yang baik, ketika suatu sore di musim dingin
mereka memaksa Elaine turun ke bawah jembatan untuk mengambil topinya yang
jatuh, lalu meninggalkannya sendiri. Elaine tak sanggup kembali ke atas dan
nyaris mati keidinginan. Kesadaran itu membuat ia menjauhi teman-temannya dan
mencari teman lain.
Persahabatan mereka
benar-benar putus hingga lulus sekolah. Saat menginjak bangku SMA, Elaine harus
berteman kembali dengan Cordelia, yang dikeluarkan dari sekolah lamanya dan
terpaksa masuk ke sekolah Elaine. Elaine tak keberatan dan tak pernah
mendendam. Ia sudah melupakan perlakuan buruk Cordelia di masa kecilnya. Tapi perlahan
ia kembali menjauhi Cordelia, saat menyadari bahwa Cordelia adalah anak yang
sama sekali tak punya keinginan belajar. Karakter dan kecerdasan keduanya
sangat bertolak belakang.
Pertemuan terakhir
antara Elaine dan Cordelia terjadi di sebuah cafe ketika Cordelia meminta
bantuan Elaine. Cordelia ingin Elaine menyelamatkannya dari sebuah rumah,
tempat ia ditahan karena disangka gila. Ia ingin Elaine mengeluarkan ia dari
tempat itu atau meminjamkannya uang. Tapi Elaine tak bersedia melakukannya. Hingga
ia sadar, beberapa bulan kemudian saat mengirim surat untuk Cordelia, suratnya
dikembalikan. Cordelia sudah tidak ada di tempat itu.
Pertengkaran dengan
suaminya Jon membuat Elaine pindah ke Vancouver. Saat kembali ke Toronto untuk
pameran lukisan-lukisannya, ia setengah berharap mendapat kejutan: bahwa
Cordelia akan muncul tiba-tiba di tengah gedung pameran. Atau tiba-tiba
meneleponnya untuk mengabarkan bahwa ia melihat Elaine, sang pelukis terkenal,
di koran. Tapi Cordelia sudah benar-benar hilang. Dan ia kembali menyesal. Seandainya
dulu ia menolong Cordelia...
Margaret Atwood
menulis Cat’s Eye dengan narasi yang sangat mengagumkan. Ia bercerita dengan
alur maju-mundur, dengan irama yang tenang tapi tajam. Tak ada peristiwa yang
mencengangkan di ending novel ini. Tidak ada kejutan yang luar biasa. Sang tokoh
utama, Elaine, memang sudah sadar bahwa Cordelia, sahabatnya satu-satunya,
telah hilang darinya. Ia sekedar mengajak
pembaca ikut menguliti masa kecilnya, atau sekedar memberitahu bahwa ia pernah
punya teman baik bernama Cordelia.
Poin utama
yang ingin ia sampaikan kepada pembaca, akhirnya tersampaikan di bagian ending:
This is what I miss, Cordelia: not
something that’s gone, but something
that will never happen. Two old women giggling over their tea. Ketika itu
ia dalam perjalanan dari Toronto kembali ke Vancouver dan melihat dua orang tua
di atas pesawat. Dua sahabat yang sangat akrab. Elaine membayangkan kedua orang
itu adalah dirinya dan Cordelia.
Bagi saya,
satu hal yang disayangkan dalam novel ini adalah bagaimana pandangan Elaine terhadap
gubungan antara laki-laki dan perempuan. Ia seperti tak memiliki pendirian
tetap tentang percintaan. Misalnya, ia mencintai dua pria dalam sekali waktu.
Ia menjalin hubungan dengan Josef Hrbik, gurunya, dan Jon, temannya. Sementara ia
tahu bahwa Josef juga menjalin hubungan dengan teman perempuannya yang lain,
Susie. Ia akhirnya menikah dengan Jon karena hamil. Mereka mulai bertengkar
saat anaknya lahir, hingga Elaine pindah ke Vancouver dan menikah dengan Ben. Tapi
saat kembali ke Toronto untuk pameran lukisannya, ia secara sadar kembali tidur
dengan Jon. Atau barangkali, seperti ini pulalah pandangan Atwood tentang
bagaimana hubungan laki-laki dan perempuan: Tak ada komitmen, dan tak ada
salahnya tidur dengan lelaki lain jika ada kesempatan, meski ada laki-laki lain
yang menunggumu di tempat lain.
Posting Komentar
0 Komentar