Makan Malam


Ma, hujan ini mengingatkanku padamu
Rinai yang tercurah serupa air mata yang pernah kulihat mengalir di pipimu
Ketika kita duduk berdua di meja makan
Pada malam-malam yang selalu mempertemukan kita dengan cahaya lilin

Ma, ingatan serupa kotak-kotak yang bisa terbuka kapan saja
Dan malam selalu tepat untuk mengulit kenangan
Namun tak kutahu jika masa lalu selalu bisa membuatmu luka
Aku tak seperti dirimu yang mampu hidup tanpa penantian

Ma, entah apa yang kau sembunyikan dalam diam tak bertepi
Yang kutahu, engkau tak pernah melupakan rembulan di setiap purnama
Duduk menatap langit, di depan jendela kita yang tak berbingkai
Jendela itu serupa kita, tak ada tempat menggantung asa

Ma, hujan turun senja ini di tanah perantauanku
Di depan jendela yang tak lagi bisa kubagi denganmu
Suara rintik hujan di atap rumahku serupa bisikmu saat kau mengepang rambutku di anak tangga:
“Nak, makan malam kita hanya cukup untuk berdua saja.”

*****
Makassar, 2010

Posting Komentar

0 Komentar